BERCERMIN DARI NEGERI GINSENG
BERCERMIN DARI NEGERI GINSENG
Oleh:
ACEP SAEPUDIN, S.H.I., S.H., M.H., M.Si., C.L.A., C.P.L., C.P.C.L.E.
(Alumni Pertukaran Pemuda Indonesia-Korea Tahun 2010)
Indonesia sebagai Negara berkembang masih tergolong “lamban” untuk bermetamorfosa menjadi Negara maju sudah seharusnya bercermin kepada Negara-Negara maju khususnya “Negeri Ginseng” atau Korea Selatan. Korea termasuk sebuah Negara yang tergolong cepat dalam bermetamorfosa dari Negara berkembang menjadi Negara maju yang siap berkompetisi dan bersaing dengan Negara-Negara maju lainnya bahkan berani “menantang” Jepang sebagai Negara yang pernah menjajahnya.
Kesuksesan pemerintah Korea dalam mengubah Negaranya tentunya bukanlah suatu kebetulan atau keberuntungan semata namun hal itu diawali dari keseriusan pemerintahnya dalam mengelola SDM yang ada khususnya pemuda. Hal ini terbukti dengan adanya institusi-institusi yang didirikan khusus untuk meningkatkan kapabilitas para pemudanya, salah satunya National Youth Center of Korea. Institusi ini didirikan sebagai wahana untuk membina generasi muda Korea sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing. Hal yang patut dicontoh disini yaitu bahwa pemerintah Korea memberikan support secara penuh terhadap institusi-institusi yang fokus dalam membina generasi muda mereka, termasuk National Youth Center of Korea ini. Bukti keseriusan pemerintahnya terlihat dari Financial Support secara penuh mulai dari pengadaan sarana dan prasarana serta penyediaan trainer sesuai dengan bidangnya.
Selain institusi yang berskala nasional, pemerintah lokal disana juga melakukan hal yang sama dengan pemerintah pusat. Sebagai contoh ketika saya berkunjung ke Seoul, saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke sebuah institusi yang bernama “Seoul Youth Media Center”. Institusi ini bertugas untuk membina generasi muda Korea yang mempunyai minat dan bakat di bidang media mulai dari jurnalistik, photographer, sampai kepada perfilman, dan yang tidak kalah penting bahwa institusi ini juga mendapat financial support secara penuh dari pemerintah kota Seoul.
Dari pemaparan di atas, dapat kita lihat bahwa kemajuan suatu Negara akan berjalan seiring dengan kemajuan SDM penduduknya terutama generasi muda. Tidak ada yang mustahil bahwa Indonesia ke depan bisa jauh lebih maju ketika pemerintah kita serius dalam membangun kapabilitas pemudanya disamping sumber daya alam kita yang berlimpah ruah yang belum tereksplorasi dengan baik.
Bila kita flash back pernyataan mantan Presiden Soekarno yang menyatakan: “Beri saya sepuluh pemuda, maka saya akan mengubah dunia.” Dari sini dapat kita interpretasikan bahwa pemuda yang beliau butuhkan saat itu adalah pemuda yang berkualitas dan pemuda yang berkualitas tidak bisa didapatkan hanya dengan berpangku tangan serta menunggu kualitas itu datang dengan sendirinya layaknya ilmu ladunni, tetapi dibutuhkan keseriusan pemerintah dalam mengelola, mendidik, serta mengarahkan generasi muda sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Hal yang sangat miris kita lihat adalah bahwa para penguasa sepertinya tidak lagi butuh pemuda yang berkualitas, melainkan butuh pemuda yang “bodoh” tapi berasal dari keluarga yang terpandang dan ber-uang serta bisa di atur sesuai dengan kepentingan penguasa sehingga fenomena “aneh” bermunculan di negeri ini, generasi muda yang pintar tidak lagi ingin menonjol dan yang bodoh malah lebih ambisius, yang licik cepat makmur dan yang jujur malah tertinggal terus, yang zalim punya pangkat dan yang tertindas tetap sekarat, yang pembohong selamat dan yang jujur malah semakin melarat.
Sebagai penutup, saya mengajak kepada para penguasa dan generasi muda penerus bangsa, marilah sama-sama kita satukan visi untuk berbuat yang terbaik sesuai dengan kompetensi dan kapabilitas kita masing-masing demi bangsa ini agar kita semua cepat keluar dari “keterpurukan” ini. Perlu kita sadari bersama bahwa sesungguhnya tidak perlu kaya untuk dapat di pandang, tidak perlu pangkat tinggi untuk dapat dihormati, tidak perlu berteriak untuk dapat di dengarkan, tidak perlu bertindak berlebihan untuk mendapat perhatian, dan tidak perlu menjadi orang lain untuk bisa diterima, tapi lakukanlah segala sesuatu sesuai dengan relnya masing-masing dan ikutilah kehendak alam yang menginginkan kebaikan, serta ikutilah kata hati kita karena ia yang akan menuntun kita kembali kepada rel yang benar disaat kita kehilangan arah.
Respond For " BERCERMIN DARI NEGERI GINSENG "